Ardianoo

It's Ardi, Ardi Muhammad Farhan

Halaman

Senin, 18 November 2013

Galau Karena Ibu Sumingkem


Galau Karena Ibu Sumingkem

Sabtu pagi yang cerah, suasana kelas VII-4 yang selalu ramai sperti pasar tradisional. Para murid VII-4 yang senan tiasa berkicau dan sibuk dengan aktivitiasnya masing – masing meskipun mereka tahu didepan ada ibu Sumingkem yang sedang ngoceh habis – habisan menerangkan pelajaran.
Hanya sebagian murid yang pintar memperhatikan materi pelajaran, namun tidak untuk ardi, randy, krisna, dan fahmi yang terkenal bodoh. Mereka malah asyik dengan kesenangan mereka masing – masing dibangku paling belakang kelas itu yang terkenal dengan segerombolan kecoa bermain gapleh dibawah meja.
“ Anak – anak silahkan buka buku paket kalian lalu kerjakan latihan soal halaman 120” ucap ibu Sumingkem.
“ Ibu akan keluar sebentar” sorak gembira para murid VII-4 mendengar kalimat itu. Semua murid VII-4 pun membuka buku paket mereka masing – masing, niat mereka bukan belajar tetapi hanya pura – pura agar bu Sumingkem mengira bahwa mereka akan sungguh – sungguh mengerakan latiha soal saat ibu Sumingkem tidak ada.
Ibu Sumingkem pun keluar dari kelas, para murid VII—4 pun kembali berpesta pora seperti biasa. Bukannya mengerjakan soal mereka malah asyik bermain – main sendiri. Ada ardi dan fahmi yang sedang ngoceh membicarakan tentang pertandingan sepak bola, ada krisna yang sedang membuat sebuah samudera iler di pipinya, ada juga randy yang asyik menjahili temannya dengan spidol.
Kiki sang ketua murid pun sudah kewalahan mengatur muridnya yang tidak bisa diam, bahkan kiki menjadi terjerumus hasutan setan VII-4 membuat kelas menjadi lebih ribut.
Para murid VII-4 sekan – akan sedang kerasukan setan, tidak ada yang mau diam satupun. Mereka seperti orang – orang yang sedang berdisco di club malam, dan gigi krisna menjadi lampu disconya.
Dimanakah kesadaran murid VII-4 itu? Apakah mereka tidak tahu bahwa kebisingan mereka mengganggu kelas lain yang sedang belajar.
Disudut kelas, ardi sudah tidak tahan dengan bau mulut fahmi yang dari tadi menggonggong. Kini ardi ingin melakukan kebiasaanya, mendekati vennia kalau sedang tidak ada guru. Dari jauh ardi memandangi vennia yang manis sedang mendengarkan lagu dengan earphonenya, niat ardi sempat diurungkan karena melihat yang terlhat masih asyik dengan earphonenya.
“ Woy ardii!!! Lo dengerin gue kagak?!!” teriak fahmi yang sedang mengoceh dari tadi namun tidak didengarkan.
“ Woy dii!!” teriak fahmi sekali lagi, namun ardi malah asyik bengong memandangi vennia
“ Ardi kamprett jawab gue!!!” Fahmi stress *guling – guling dilantai*
*
Randy yang dari tadi tak bisa diam dengan spidollnya seperti orang autis bin idot meliat sasaran empuk untuk dicoreti dengan spidolnyaaitu krisna yang sedang tertidur lelap di mejanya.
Randy pun mendatangi krisna dengan diam – diam takut membuat krisna bangun dari buaian mimpi indahnya. Kini randy akan beraksi membuat tato di sekujur wajah krisna dengan spidol hitam permanen.
I LOVE KARLINA tertulis dengan besar di jidat krisna.
Para murid VII-4 tidak sadar bahwa ibu Sumingkem sedang on the way menuju kelas itu.
Dalam perjalanannya ibu Sumingkem sudah mendengar kebisingan dikelas VII-4 dari jah.
Murid – murid VII-4 pun masih asyik saja luntang – lantung dalam kelas. Saling melempar buku, pulpen, pengapus, pensil, dll. Mereka seperti pelajar yang sedang tawuran dalam kelas.
“ Serangg!!1” teriak randy melempar pulpen ke kubu wanita
“ Balas serangan!!!” teriak kubu wanita melemper kubu lelaki dengan kaos kaki/
“ Serang lagiii!!” balas serangan dari kubu lelaki dengan celana dalam.
“ balas serangan” kubu wanita balik menyerang kini lemari mereka lempar, menimpa kubu lelaki. Game over, kubu lelaki kalah, para murid wanita pun bersorak merdeka.
Disaat murid VII-4 sedang ramai – ramainya saling bercanda, kerjar – kejaran, bahkan ada yang berguling dilantai, koprol dimeja, dan bakclip di lemari.
Ibu Sumingkem pun memasuki kelas 7-4 dan tercengangkan setelah melihat murid yang sedang kocar – kacir, membuat gemuruh diatas meja, dan saling melempar kaos kaki yang baunya minta ampun.
“ Sedang apa kalian!!” teriak ibu Sumingkem, segerombolamn murid VII-4 pun dengan sigap duduk kembali dibangku masing – masing, dan krisna terbangun dengan iler yang masih menempel di pipinya.
“ Baru ditinggal sebentar saja kalian sudah begini, sekarang ibu tanya apakah kalian sudah selesai mengerjakan soal di buku paket?” ucap ibu Sumingkem sambil marah – marah, kini ibu Sumingkem mengelilingi kelas untuk memeriksa hasil kerja murid VII-4 mengerjakan latihan soal.
“ astagfrullah belum ada yang mengerjakan satu rang pun” ucap ibu Sumingkem sambil menggeleng – gelengkan kepala.
“ Ibu kecewa dengan kalian, ibu tidak mau mengajar kalian lagi” ujar ibu Sumingkem sambil keluar dari pintu kelas. Para muridpun menyesal setelah mendengar ibu Sumingkem mengucapkan kalimat itu, kini tidak aka nada lagi pelajaran ibu ninij. Mereka semua menyesali perbuatannya.
Para murid yang diduga menjadi provokator dipanggil oleh bk satu – per satu.
Randy, ardi, dan fahmi yang dianggap menjadi provokator keributan diintrogasi habisan  - habisan oleh guru bk. Ketiga pria pembuat onar itu disuruh menghadap ibu Sumingkem untuk meminta maaf
“ Tapi kan buu..” ucap randy merasa dirinya tidak bersalah
“ gaada tapi – tapi, sekarang silahkan kalian meminta maaf ke ibu Sumingkem” jawab guru bk dengan garang
Mereka bertiga pun diantar oleh guru bk ke ruang guru untuk menemui ibu Sumingkem
“ permisi bu” randy member salam pada ibu Sumingkem. Namun ibu Sumingkem masih jutek saja dengan mereka
Sambil memasang wajah cemberut, ibu Sumingkem tidak menjawab salam mereka
“ bu kam \i minta maaf atas perbuatan kami” ucap ardi, randy, dan fahmi meminta maaf. Berpura – pura enyesali perbuatan mereka dengan wajah yang tidak meyakinkan untuk dipercaya
“ ibu Sumingkem masih tidak menjawab permintaan maaf mereka
“ ibu kenapa kita gadijawab” ucap fahmi sambil menjedotkan kepalanya ke meja.
“ ibu masih belum bisa memamaafkan kalian” jawab ibu Sumingkem dengan wajah cemberut.
“ Kami menyesal bu.. kami sayang sama ibu” ucap ardi dengan lbeay minta ampun
“ yasudah lain kali kalian datangi lagi saja ibu” ucap ibu Sumingkem dengan jutek sambil memainkan hpnya di ruang guru
“ yaudah bu kalau gitu kita permisi ya” 3 lelaki penuh dosa itupun beranjak keluar dari ruang guru, lalu menuju kelas dengan kesedihan yang mendalam.

***
free web site traffic and promotion