Galau
Karena Ibu Sumingkem
Sabtu pagi yang cerah,
suasana kelas VII-4 yang selalu ramai sperti pasar tradisional. Para murid
VII-4 yang senan tiasa berkicau dan sibuk dengan aktivitiasnya masing – masing
meskipun mereka tahu didepan ada ibu Sumingkem yang sedang ngoceh habis –
habisan menerangkan pelajaran.
Hanya sebagian murid
yang pintar memperhatikan materi pelajaran, namun tidak untuk ardi, randy,
krisna, dan fahmi yang terkenal bodoh. Mereka malah asyik dengan kesenangan
mereka masing – masing dibangku paling belakang kelas itu yang terkenal dengan
segerombolan kecoa bermain gapleh dibawah meja.
“ Anak – anak silahkan
buka buku paket kalian lalu kerjakan latihan soal halaman 120” ucap ibu Sumingkem.
“ Ibu akan keluar
sebentar” sorak gembira para murid VII-4 mendengar kalimat itu. Semua murid
VII-4 pun membuka buku paket mereka masing – masing, niat mereka bukan belajar
tetapi hanya pura – pura agar bu Sumingkem mengira bahwa mereka akan sungguh –
sungguh mengerakan latiha soal saat ibu Sumingkem tidak ada.
Ibu Sumingkem pun keluar
dari kelas, para murid VII—4 pun kembali berpesta pora seperti biasa. Bukannya
mengerjakan soal mereka malah asyik bermain – main sendiri. Ada ardi dan fahmi
yang sedang ngoceh membicarakan tentang pertandingan sepak bola, ada krisna
yang sedang membuat sebuah samudera iler di pipinya, ada juga randy yang asyik
menjahili temannya dengan spidol.
Kiki sang ketua murid
pun sudah kewalahan mengatur muridnya yang tidak bisa diam, bahkan kiki menjadi
terjerumus hasutan setan VII-4 membuat kelas menjadi lebih ribut.
Para murid VII-4 sekan
– akan sedang kerasukan setan, tidak ada yang mau diam satupun. Mereka seperti
orang – orang yang sedang berdisco di club malam, dan gigi krisna menjadi lampu
disconya.
Dimanakah kesadaran
murid VII-4 itu? Apakah mereka tidak tahu bahwa kebisingan mereka mengganggu
kelas lain yang sedang belajar.
Disudut kelas, ardi
sudah tidak tahan dengan bau mulut fahmi yang dari tadi menggonggong. Kini ardi
ingin melakukan kebiasaanya, mendekati vennia kalau sedang tidak ada guru. Dari
jauh ardi memandangi vennia yang manis sedang mendengarkan lagu dengan
earphonenya, niat ardi sempat diurungkan karena melihat yang terlhat masih
asyik dengan earphonenya.
“ Woy ardii!!! Lo
dengerin gue kagak?!!” teriak fahmi yang sedang mengoceh dari tadi namun tidak
didengarkan.
“ Woy dii!!” teriak
fahmi sekali lagi, namun ardi malah asyik bengong memandangi vennia
“ Ardi kamprett jawab
gue!!!” Fahmi stress *guling – guling dilantai*
*
Randy yang dari tadi
tak bisa diam dengan spidollnya seperti orang autis bin idot meliat sasaran
empuk untuk dicoreti dengan spidolnyaaitu krisna yang sedang tertidur lelap di
mejanya.
Randy pun mendatangi
krisna dengan diam – diam takut membuat krisna bangun dari buaian mimpi
indahnya. Kini randy akan beraksi membuat tato di sekujur wajah krisna dengan
spidol hitam permanen.
I LOVE KARLINA tertulis
dengan besar di jidat krisna.
Para murid VII-4 tidak
sadar bahwa ibu Sumingkem sedang on the way menuju kelas itu.
Dalam perjalanannya ibu
Sumingkem sudah mendengar kebisingan dikelas VII-4 dari jah.
Murid – murid VII-4 pun
masih asyik saja luntang – lantung dalam kelas. Saling melempar buku, pulpen,
pengapus, pensil, dll. Mereka seperti pelajar yang sedang tawuran dalam kelas.
“ Serangg!!1” teriak
randy melempar pulpen ke kubu wanita
“ Balas serangan!!!”
teriak kubu wanita melemper kubu lelaki dengan kaos kaki/
“ Serang lagiii!!”
balas serangan dari kubu lelaki dengan celana dalam.
“ balas serangan” kubu
wanita balik menyerang kini lemari mereka lempar, menimpa kubu lelaki. Game
over, kubu lelaki kalah, para murid wanita pun bersorak merdeka.
Disaat murid VII-4
sedang ramai – ramainya saling bercanda, kerjar – kejaran, bahkan ada yang
berguling dilantai, koprol dimeja, dan bakclip di lemari.
Ibu Sumingkem pun
memasuki kelas 7-4 dan tercengangkan setelah melihat murid yang sedang kocar –
kacir, membuat gemuruh diatas meja, dan saling melempar kaos kaki yang baunya
minta ampun.
“ Sedang apa kalian!!”
teriak ibu Sumingkem, segerombolamn murid VII-4 pun dengan sigap duduk kembali
dibangku masing – masing, dan krisna terbangun dengan iler yang masih menempel
di pipinya.
“ Baru ditinggal
sebentar saja kalian sudah begini, sekarang ibu tanya apakah kalian sudah
selesai mengerjakan soal di buku paket?” ucap ibu Sumingkem sambil marah –
marah, kini ibu Sumingkem mengelilingi kelas untuk memeriksa hasil kerja murid
VII-4 mengerjakan latihan soal.
“ astagfrullah belum
ada yang mengerjakan satu rang pun” ucap ibu Sumingkem sambil menggeleng –
gelengkan kepala.
“ Ibu kecewa dengan
kalian, ibu tidak mau mengajar kalian lagi” ujar ibu Sumingkem sambil keluar
dari pintu kelas. Para muridpun menyesal setelah mendengar ibu Sumingkem
mengucapkan kalimat itu, kini tidak aka nada lagi pelajaran ibu ninij. Mereka
semua menyesali perbuatannya.
Para murid yang diduga
menjadi provokator dipanggil oleh bk satu – per satu.
Randy, ardi, dan fahmi
yang dianggap menjadi provokator keributan diintrogasi habisan - habisan oleh guru bk. Ketiga pria pembuat
onar itu disuruh menghadap ibu Sumingkem untuk meminta maaf
“ Tapi kan buu..” ucap
randy merasa dirinya tidak bersalah
“ gaada tapi – tapi,
sekarang silahkan kalian meminta maaf ke ibu Sumingkem” jawab guru bk dengan
garang
Mereka bertiga pun
diantar oleh guru bk ke ruang guru untuk menemui ibu Sumingkem
“ permisi bu” randy
member salam pada ibu Sumingkem. Namun ibu Sumingkem masih jutek saja dengan
mereka
Sambil memasang wajah
cemberut, ibu Sumingkem tidak menjawab salam mereka
“ bu kam \i minta maaf
atas perbuatan kami” ucap ardi, randy, dan fahmi meminta maaf. Berpura – pura
enyesali perbuatan mereka dengan wajah yang tidak meyakinkan untuk dipercaya
“ ibu Sumingkem masih
tidak menjawab permintaan maaf mereka
“ ibu kenapa kita
gadijawab” ucap fahmi sambil menjedotkan kepalanya ke meja.
“ ibu masih belum bisa
memamaafkan kalian” jawab ibu Sumingkem dengan wajah cemberut.
“ Kami menyesal bu..
kami sayang sama ibu” ucap ardi dengan lbeay minta ampun
“ yasudah lain kali
kalian datangi lagi saja ibu” ucap ibu Sumingkem dengan jutek sambil memainkan
hpnya di ruang guru
“ yaudah bu kalau gitu
kita permisi ya” 3 lelaki penuh dosa itupun beranjak keluar dari ruang guru,
lalu menuju kelas dengan kesedihan yang mendalam.
***